Judul:
Run! Run! Run!
Penulis:
Windhy Puspitadewi [Hana]
Editor:
Adinda Chandralela
Penata
letak: Puthut
Desain
sampul: Iyal
Ilustrasi
Sampul: Adhi Nugroho
Penerbit:
Puspa Swara
Tebal:
182+ v hlm
Tahun
Terbit: 2007
ISBN
: 978-979-113-373-9
Apa
sih yang bisa dibanggakan dari Vidi? Hmmm… kalau dipikir-pikir, nggak ada tuh….
Dengan
tampang dan otak yang pas-pasan, cuma keberuntungan yang bisa dia andalkan.
Hiks… sedih ya? Ooops, lupa! Ada satu sih yang bisa diacungi jempol dari Vidi.
Dia jago banget main tenis, bhkan dia
tunggal pertama di sekolahnya. Tapi dengan tenis, Vidi bertemu orang-orang yang
tanpa sadar dia sayangi. Yang pertama, pelatih sekaligus idola dan cinta
pertamanya. Kedua, teman masa kecilnya yang sarkastis, Thomas, dan cowok iseng
yang baru dikenalnya, Brian. Bersama
ketiganya, hidup Vidi bagai bermain tenis. Mengejar bola mengelilingi lapangan.
Mempelajari taktik lawan, menyesuaikan stategi. Fuih ! Benar-benar
melelahkan. Apalagi ditambah rumit dengan cinta yang tiba-tiba hadir di depan Vidi
hingga cewek itu bingungketika diharuskan untuk memilih. Pengen tahu strategi
mana yang dipakai Vidi ? lanjutin aja baca kisahnya ya ? ditanggung
seru banget deh…
-----------------
Novel
berjudul Run ! Run ! Run ! yang diterbitkan oleh PuspaSwara
merupakan debut Kak Windhy dalam menulis.
Ternyata
ciri khas tulisannya memang sudah terlihat dalam buku pertamanya. Tokoh-tokoh
yang memiliki sikap sarkastis dengan mulut pedas mereka, serta obrolan-obrolan
konyolnya.
Mungkin karena aku lebih dulu membaca karya-karyanya yang
kesekian seperti Let Go dan Morning Light, ketika membaca buku ini aku
mencari-cari pesan moral yang biasanya terselip dalam setiap karyanya.
Yang aku tangkap dari novel ini -melalui sosok Vidi sang
pemeran utama- tentang kehidupan abege SMA dengan segala gejolak
permasalahannya, Vidi yang menyadari
bahwa tenis memanglah passion-nya, bukan semata-mata mengikuti jejak seseorang
yang jadi cinta pertamanya dan berharap dapat pengakuan darinya.
Juga tentang menjalani hidup sesuai dengan yang diri kita
inginkan, bukan hidup seperti sebagaimana orang lain inginkan terhadap hidup
kita.
Dari sebegitu menyenangkannya buku ini, aku menangkap
kekurangan dari sudut pandangku sendiri sebagai pembaca. Dalam novel ini aku
merasa kurang adanya kejelasan atas konflik utama yang ingin dihadirkan.
Bermacam-macam kejadian yang dialami Vidi tidak lantas
memperjelasnya, membuat aku dengan sendirinya berasumsi tentang konflik –utama-
ringan seputar kehidupan anak SMA apa yang dihadirkan novel ini.
Oh iya, dalam novel lainnya, kak Windhy memang biasa
menggunakan bahasa baku dalam karyanya. Tapi mungkin karena ini adalah karya
pertamanya, aku sering menemukan percampuran antara bahasa baku dan non-baku
yang tak enak dibaca.
Secara keseluruhan, aku menyukai novel ini, terima kasih
untuk Kak Windhy yang sudah menghadiahkan novel ini untukku. Terus berkarya
kak. Banyak yang menanti karya-karyamu selanjutnya
Komentar
Posting Komentar