Judul:
Melbourne (rewind)
Penulis:
Winna Efendi
Editor:
Ayuning, Gita Romadhona
Proofreader:
Mita M. Supardi, Resita Wahyu Febiratri
Penata
letak: Gita Ramayudha
Ilustrasi
Isi: Tyo
Desain
sampul: Levina Lesmana
Penerbit:
Gagas Media
Tebal:
325+ xii hlm
Tahun
Terbit: 2013
ISBN:
978-979-780-645-3
Pembaca tersayang,
Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia.
Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta
dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain,
Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.
Seperti kali ini, Winna
menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.
Max dan Laura dulu pernah
saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura
pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya
bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan,
kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya
kurang pasti.
Setiap tempat punya
cerita.
Dan bersama surat ini, kami
kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan
Laura.
Enjoy the journey,
EDITOR
----------------------------
Ketika baca novel-novel karya Kak Winna yang pake PoV1,
selain asyik untuk ngisi waktu senggang, juga jadi sarana buat aku belajar cara
bercerita dengan PoV ini. Bagaimana menyampaikan cerita agar tetap terjalin
dengan baik.
Seperti novel-novel kak Winna lainnya, novel ini
menyajikan kisah yang mengalir bagai air sungai (duilee :p).
Novel ini bercerita tentang Laura dan Max yang bertemu
kembali setelah lima tahun berpisah. Dulu, mereka adalah sepasang kekasih, dan
setelah pertemuan tak terencana itu mereka kembali menjalin kedekatan,
melakukan segala kegiatan yang dulu pernah mereka lakukan bersama –duduk di
sudut dan memesan kopi yang sama di Prudence, menikmati jam doughnut yang
mereka beli di Vic Market- dan berbagai kegiatan lainnya. Hubungan yang tanpa
syarat, tanpa adanya komitmen, dan berjalan begitu saja.
Namun dalam hubungan antara dua orang yang pernah
menjalin cinta, tidak mungkin hanya ada rasa ‘sekedar berteman‘ saja tanpa ada
salah satu diantara keduanya yang menaruh harapan lebih.
Selain Max dan Laura, ada dua tokoh yang cukup aktif
berperan dalam novel ini, seperti Cecily –sahabat Laura sejak SMP- dan Evan,
seseorang dengan selera musik yang sama dengan Laura yang membuat keduanya
menjalin kedekatan.
Oh ya, PoV1 yang digunakan pun bergantian antara Max dan
Laura. Momen dimana keduanya saling mengingat satu sama lain-nya pas banget.
Dengan mereka yang udah nggak saling bertemu sejak lima tahun lalu, momen
ketika Max muncul dihadapan Laura disusul dengan ingatan-ingatan Laura akan cowok
itu atau diamana kecintaan Max terhadap cahaya yang membuatnya selalu teringat
Laura, membuat konsep cerita yang menggunakan alur campuran ini jadi terasa
ngalirnya. Kenangan-kenangan yang diceritakan ulang-pun disampaikan dalam
bentuk narasi yang disertai beberapa dialog, tidak diceritakan sebagaimana
bentuk nyata kejadiannya.
Dan alasan ‘kenapa mereka putus‘ yang nggak sama sekali
disinggung sampe tiba dilembar-lembar halaman belakang bikin aku penasaran
dengan pasangan yang klop banget ini begaimana bisa sampai putus.
Aku juga suka banget sama layout semua seri STPC dengan
ilustrasi-ilustrasi tempat disetiap babnya. Dan warna cover novel ini yang kuning
lembut seperti mendeskripsikan kalau novel ini punya cerita yang lembut dan
tenang.
Cinta it rumit, tapi setiap orang tidak sabar untuk jatuh
kedalam kerumitan itu, dan ikut tersangkut dalam jaringnya.
Uwoooowww...aku belum kesampaian baca Melbourne nih... :))
BalasHapusayooo habisin timbunan bukunya kak :D
Hapusmakasih udah berkunjung :)